INSPIRASI DR KISAH SEBATANG POHON EPAL

Suatu ketika, hiduplah sebatang pohon epal besar dan anak lelaki yang senang bermain-main di bawah pohon epal itu setiap hari. Ia senang memanjatnya hingga ke pucuk pohon, memakan buahnya, tidur-tiduran di keteduhan rendang daun-daunnya. Anak lelaki itu sangat mencintai pohon epal itu. Demikian pula, pohon epal sangat mencintai anak kecil itu.

Waktu terus berlalu. Anak lelaki itu kini telah tumbuh besar dan tidak lagi bermain-main dengan pohon epal itu setiap harinya. Suatu hari dia mendatangi pohon epal. Wajahnya tampak sedih. "Mari ke sini bermain-main lagi denganku," pinta pohon epal itu. "Aku bukan anak kecil yang bermain-main dengan pohon lagi." jawab anak lelaki itu. "Aku ingin sekali memiliki mainan, tapi aku tak punya wang untuk membelinya." Pohon epal itu menyahut, "Aduhai, maaf aku pun tak punya wang... tetapi kau boleh mengambil semua buah epalku dan menjualnya. Kau boleh mendapatkan wang untuk membeli mainan kegemaranmu. " Anak lelaki itu sangat gembira. Dia lalu memetik semua buah epal yang ada di pohon dan pergi dengan penuh suka cita. Namun, setelah itu anak lelaki tak pernah datang lagi.

Pohon epal itu kembali sedih.

Suatu hari anak lelaki itu datang lagi. Pohon epal sangat senang melihatnya datang. "Marilah bermain-main denganku lagi." kata pohon epal. "Aku tak ada waktu," jawab anak lelaki itu. "Aku harus bekerja untuk keluargaku. Kami memerlukan rumah untuk tempat tinggal. Mahukah kau menolongku?" "Aduhai, maaf aku pun tak memiliki rumah. Tapi kau boleh menebang semua dahan rantingku untuk membangunkan rumahmu." kata pohon epal.

Kemudian, anak lelaki itu menebang semua dahan dan ranting pohon epal itu dan pergi dengan gembira. Pohon epal itu juga merasa bahagia melihat anak lelaki itu senang, tapi anak lelaki itu tak pernah kembali lagi.

Pohon apel itu merasa kesepian dan sedih.

Pada suatu musim panas, anak lelaki itu datang lagi. Pohon epal merasa sangat suka hati menyambutnya. "Marilah bermain-main lagi denganku." Kata pohon epal. "Aku sedih," kata anak lelaki itu. "Aku sudah tua dan ingin hidup tenang. Aku ingin pergi berhibur dan berlayar. Maukah kau memberi aku sebuah kapal untuk bersiar?". "Aduh, maaf aku tak punya kapal, tapi kau boleh memotong batang tubuhku dan menggunakannya untuk membuat kapal yang kau mau. Pergilah berlayar dan bersenang-senanglah ." Kemudian, anak lelaki itu memotong batang pohon epal itu dan membuat kapal yang diidamkannya. Dia lalu pergi berlayar dan tak pernah lagi datang menemui pohon epal itu.

Akhirnya, anak lelaki itu datang lagi setelah bertahun-tahun kemudian. "Maaf, anakku," kata pohon epal itu. "Aku sudah tak memiliki buah epal lagi untukmu." "Tak apa. Aku pun sudah tak memiliki gigi untuk mengigit buah epalmu." Jawab anak lelaki itu. "Aku juga tak memiliki batang dan dahan yang boleh kau panjat," kata pohon epal. "Sekarang, aku sudah terlalu tua untuk itu." jawab anak lelaki itu. "Aku benar-benar tak memiliki apa-apa lagi yang boleh aku berikan padamu.Yang tersisa hanyalah akar-akarku yang sudah tua dan sekarat ini," kata pohon epal itu sambil menitikkan air mata.

"Aku tak memerlukan apa-apa lagi sekarang." kata anak lelaki. "Aku hanya menginginkan tempat untuk beristirehat. Aku sangat lelah setelah sekian lama meninggalkanmu. "Oooh, bagus sekali. Tahukah kau, akar-akar pohon tua adalah tempat terbaik untuk berbaring dan beristirehat. Mari, marilah berbaring di pelukan akar-akarku dan beristirehatlah dengan tenang." Anak lelaki itu berbaring di pelukan akar-akar pohon. Pohon epal itu sangat gembira dan tersenyum sambil menitiskan air matanya.

KESIMPULAN
Ini adalah cerita tentang kita semua. Pohon epal itu adalah orang tua kita. Ketika kita muda, kita senang bermain-main dengan ayah dan ibu kita. Ketika kita tumbuh membesar, kita meninggalkan mereka, dan hanya datang ketika kita memerlukan sesuatu atau dalam kesulitan. Tak peduli apa pun, orang tua kita akan selalu ada di sana untuk memberikan apa yang boleh mereka berikan untuk membuat kita bahagia. Kamu mungkin berfikir bahwa anak lelaki itu telah bertindak sangat kasar pada pohon itu, tetapi kadang begitulah cara kita memperlakukan orang tua kita.

Muslimah Yang Dikasihi

MUSLIMAH YANG DIKASIHI......
Peliharalah auratmu walau dimana kau berada. Jangan biarkan keindahan dirimu menjadi tatapan lelaki yang bukan mahrammu.

MUSLIMAH YANG DIKASIHI......
Pelihara solatmu, tundukkan pandangan matamu dihadapan lelaki yang bukan milikmu. Kelak engkaulah yang bertuah ketika menjadi tetamu Allah. Moga-moga dirimu disambut penuh kasih oleh Bidadari Syurga Ainul Mardhiah.

MUSLIMAH YANG DIKASIHI......
Berakhlaklah dari panduan Rasulmu, contohi dan ikutinya. Pasti engkau yang bahagia. Sejuk mata memandang bercahaya dunia dengan hiasan muslimah solehah sepertimu.

MUSLIMAH YANG DIKASIHI......
Jadikanlah dirimu seperti permata yang berharga dicelah kaca. Ikuti perintah agama, jauhi larangannya.Al-Quran panduan hidupmu, Hadith jadi sumber rujukanmu.

MUSLIMAH YANG DIKASIHI......
Jangan biarkan dirimu hanyut dengan arus kemodenan tanpa bekalan ilmu didada. Renungilah masa depanmu, tetapkan iman didada. Moga ia menjadi perisai buat dirimu.Jangan kail panjang sejengkal lautan dalam hendak diduga.

MUSLIMAH YANG DIKASIHI......
Nilai cintamu hanya pada Allah yang satu, kasihi Tuhanmu redhalah Islam menjadi agamamu, pasti tiada kecewa buatmu. Kelak satu hari nanti ada insan yang menantimu.

Berkat kasihmu pada Allah yang satu pasti itulah insan yang menjadi cintamu didunia wasilah dari Allah. Moga bertambah redha Allah padamu, melimpah kasihNya padamu kerana engkau meletak kasihmu padaNya dahulu sebelum cinta pada kekasih yang menjadi pilihan hatimu........

Surat Adam untuk Hawa

Wahai sahabat Muslimat Sekalian,

Renung-renungkanlah intipati daripada surat Adam kepada Hawa ini, Ketahuilah olehmu wahai Bunga-bunga Islam,kita adalah sayap kiri pada mereka(kaum muslimin). Sedih rasanya jika teguran baik yang mereka berikan kita tak ambil kisah. Bukankah ia juga untuk kebaikan bersama.Fikirkanlah wahai sahabat-sahabatku……


SURAT ADAM UNTUK HAWA

Dengan nama Allah swt Yang Maha Pemurah Lagi Maha Penyayang………..
Didoakan semoga kalian berada dibawah lembayung rahmat dan keredhaan Allah swt….

Hawa....

Maafkan aku jika coretan ini bisa mengguris hatimu. Meskipun kutahu,jiwamu selembut sutera dan bisa hancur lantaran kata-kata yang bakal ku ungkap ini, mengertilah duhai Hawa, kerana kaulah pengubat kesunyian waktu aku di syurga dulu dan engkau juga asalnya dari tulang rusuk kiriku yang bengkok,lantas kerana bimbang hidupmu terpesong dari landasan yang sebenarnya,kugagahi jua diri ini....

Hawa....
Maha Suci Allah yang telah mentakdirkan kaummu melebihi bilanganku di akhir zaman ini. Itulah kebesaran dan penelitian Allah swt dalm urusan-Nya. Bayangkanlah Hawa...sekiranya kaumku melebihi kaummu, yang pasti dunia ini kan berkecai kerana huru-hara dan diselimuti warna-warna suram lantaran kekejaman dan penindasan....

Hawa....
Suka untukku mengajak dirimu agar berfikir sejenak tentang hakikat kekalutan yang melanda disaat ini. Tapi permintaanku,duhai Hawa...cubalah ! Renungkan jua yang sebenarnya dirimu kini sudah berubah...Tidakkah kau mengerti bahwa dirimu kini, kian berubah..

Tidakkah kau mengerti bahwa dirimu adalah umpama sekuntum bunga yang indah di pandangan mata namun bukan perhiasan semata-mata. Duri-duri yang melingkarimu itulah hijab yang digariskan oleh Allah swt sebagai pelindung yang diertikan sebagai aurat seorang yang bergelar wanita. Mengapa Hawa? Mengapa harus kau biarkan ia terdedah kepada kami,kaum ajnabimu?

Betapa hancurnya hatiku menyaksikan dirimu umpama bahan yang dapat diperkotak-katikkan. Dimana-mana saja,bisaku lihat dirimu menghayunkan langkah ,bukan sebaik dulu lagi. Langkahmu kian pantas. Apa sebenarnya yang engkau kejari?. Aku sendiri tak pasti! Terkadang, ku tak dapat membezakan antara dirimu dan teman-teman yang lain, bersama hayunan langkah itu, suaramu kian meninggi,diiringi gelak tawa yang cukup memedihkan mata dan hatiku ini...

Sedarkah kau Hawa.....?
Haruskah aku terima hakikat yang kau kini sudah berubah?
Semakin jauh dari landasan Tuhan yang pernah kutelunjuki buatmu dahulu!




Hawa....
Mengapa mesti dirimu kini jadi tontonan ramai? Perlukah kau hiasi dirimu untuk menarik perhatian sehinggakan yang seharusnya menutupi auratmu, kau miliki dari ciri-ciri yang ditegah dalam Islam? Sukar bagiku untuk melihat kembali keadaan yang mana sesederhana yang mungkin! Cukup untukku merasakan kehadiranmu disaat ini tidak lebih dari mempamerkan perhiasan diri yang kau punyai.

Fahamilah Hawa,usahlah menurut kerakusan nafsu menjelajahi sebutir peluru yang bisa hinggap di mana saja meninggalkan fitnah buat kaumku ini....

Hawa....
Betapa sakit dan pedihnya disaat kulihat auratmu menjala, di sekeliling pandangan. Aku tidak mahu Hawa..Suatu hari nanti, di negeri yang abadi itu, memperlihatkan seksaan terhadapmu yang ku kira paling dahsyat, apa tidaknya.Seurat rambutmu yang keluar, ular menanti dimana-mana, sejengkal tanganmu kelihatan ...aduh!! Banyaknya seksaan menantimu!...

Mengapa begitu Hawa? Tidakkah kau ingat apa yang perlu kau jaga adalah maruahmu! Maruah seorang wanita yang tersandar di bahumu kelemahan dan kekurangan!!

Jadi bagaimana seandainya kelakuan dan auratmu terpamer di mana-mana saja?

Hawa...
Tidakkah kau malu dengan pembohongan yang kau sembunyikan dalam dirimu sendiri?
Di sini auratmu kau selindungi disebalik pemakaianmu, atas dasar peraturan dan persekitaran kalian. Tetapi jauh nun diluar sana ,tersentak diriku tatkala dirimu telah jauh berbeza! Tudung ke mana,jilbab ke mana? Apatah lagi tingkah lakumu..! Dimana kau letakkan martabat seorang yang bergelar muslimah? Aku diselubungi rasa malu atas penghinaan ini!

Hawa....
Tutupilah auratmu, jagalah dirimu ,bertuturlah dengan suara yang lembut mampu kau kawal lantaran jika terlanjur, semuanya bisa membawa dosa padamu.

Jangan kau memperlihatkan apa yang tersembunyi pada dirimu..tapi ingatlah ,cukuplah sekadar tapak tangan dan wajahmu yang dizahirkan ,namun bukan kakimu,rambutmu,dan jua tubuhmu.....


Firman Allah swt:

“Dan katakanlah kepada wanita-wanita beriman,hendaklah mereka menahan dari pandangan mata mereka dan memelihara kemaluan mereka dan jangan menampakkan perhiasan mereka kecuali yang zahir daripadanya...”

Hawa....
Mungkin ku harus menghentikan bicara pertama ini di sini dulu...

Andai diizinkan Allah swt, kita bersua lagi dilain lembaran dan yang pasti aku tetap terus membimbingmu. Harapanku agar muncullah walaupun hanya secebis kesedaran dihatimu dan akan mendoakan moga Allah swt membuka hati kalian untuk mencetuskan perubahan....Akhir kata ,ketahuilah.............

“DUNIA INI MERUPAKAN PERHIASAN DAN SEBAIK-BAIK PERHIASAN ADALAH WANITA SOLEHAH”

Allah Sentiasa bersama hamba nya yg bersabar

Duit RM1.00 di telapak tangan, saya genggam kemas. Untuk membeli minuman pun belum tentu lepas. Kebetulan malam itu saya sangat-sangat lapar. Lalu tanpa hala tuju yang jelas, saya singgah sebentar di sebuah surau berdekatan rumah sewa untuk menunaikan solat isyak.

Tahun itu 1998, ketika saya masih bujang. "Apalah yang boleh dibuat dengan duit ini...?" kata hati, sambil tangan terus memasukkan wang itu tadi ke tabung surau. Ya, lebih baik bersedekah dan belajarlah bersabar menahan sengsara.

Cuba-cubalah selami, orang yang tak punya harta, kata naluri kecil. Bayangkanlah perasaan bila menatap wajah si kecil yang sentiasa menanti kepulangan ayah bonda dengan buah tangan, aneka kuih, lauk pauk atau alas perut yang sebenarnya tidak pernah kunjung tiba dan hanya mimpi semata-mata.

Teringat sebuah rancangan televisyen, ketika wartawan menemubual seorang kanak-kanak lelaki berusia 10 tahun, daripada keluarga susah dan daif. "Jika ada duit, adik nak makan apa?" tanya wartawan wanita itu tentang hasrat dan cita-cita sikecil itu jika punya cukup belanja. "Roti canai..." jawab kanak-kanak ini tersekat-sekat dengan wajah yang menunduk malu.

Pilu rasanya, bayangkan makanan bernilai 70 sen ketika itu pun tidak mampu dibeli. Biarlah malam ini saya merasa pula.


Selesai solat, saya kembali ke rumah sewa, tempat tinggal bersama tujuh rakan yang lain, yang masing-masingnya tidak ada di rumah. Tidur untuk menahan lapar, saya pun melabuhkan tubuh di atas lantai ruang tamu, sambil cuba memejamkan mata. Tidur, jalan terbaik menahan lapar kata hati lagi.

Hati memujuk diri sambil sesekali berdoa, agar hari esok akan lebih baik daripada hari ini. Moga ujian ini tidak berpanjangan dan penghapusan dosa dan kesalahan saya selama ini.

Tiba-tiba selang beberapa minit, pintu rumah diketuk bertubi-tubi. "Nah, kami teringat kat Azamin, saja beli nasi goreng lebih," kata jiran, sepasang suami isteri beranak dua kepada saya sambil menghulurkan bungkusan makanan itu.

Setelah rapat menutup pintu, air mata saya tumpah. Terharu yang amat. Rasa kerdilnya diri. Bagaimana Allah telah menyelamatkan saya malam itu...hanya kerana secebis doa dan sedekah yang secubit cuma. Benarlah kata orang dan ahli agama, bersedekahlah, nescaya dirimu diganjar Allah. Jika tidak di dunia, akhirat kelak, saham kita akan bercambah-cambah.

Itu kejadian pertama, lalu muncul pula kisah kedua, antara peristiwa aneh daripada pengalaman hidup saya yang cukup sulit, perit dan sakit. Keperitan dilalui sehingga pernah saya bekerja mencuci kereta, menjadi pelayan di kedai makan, mencuci kasut orang, mengutip hutang seperti 'Ah Long', menjadi pengawal keselamatan dan 'house-keeping' di resort dan aneka kerja untuk meneruskan kehidupan di ibukota.

Pernah dua hari, saya sekadar meneguk air sejuk semata-mata lantaran tiada wang untuk menjamu selera. Ada juga kalangan kawan-kawan yang menawarkan 'kerja', namun saya tolak kerana menjadi 'pusher' dan jual paket-paket ganja, jadi 'bouncer' di kelab malam dan upah 'menarik' kereta mewah adalah kerja-kerja yang mengundang padah.

Saya rela berlapar daripada menempah bahaya dan memalukan ayah bonda. Saya yakin, jika kita mengelak, Allah akan pasti membantu kita.

Seperti kisah, ketika saya bekerja di sebuah syarikat saham di Jalan Raja Chulan, Kuala Lumpur. Pendapatan saya dikira agak boleh tahan jika dicampur dengan kerja lebih masa sehingga subuh hari.

'Tak boleh sembahyang Jumaat!'

Saya bekerja di bahagian 'script processing' dan 'data entry'. Masa itu, masih wujud sijil-sijil saham jenis kepingan kertas yang perlu dikira satu persatu sehingga mencecah ribuan setiap hari.

Suatu hari, ketika saya pulang ke pejabat selepas mengerjakan solat Jumaat kira-kira jam 2.45 petang, seorang pegawai muda menengking saya dengan tidak semena-mena. "Kenapa baru balik? Pergi mana?" jerkahnya. "Sembahyang. Hari inikan Jumaat," saya jelaskan dengan santun.

"Sembahyang banyak lama ka? Kawan-kawan awak pun tak sembahyang, lain kali tak payah pergi sembahyang!" katanya tidak puas hati.

Ya, salah kawan-kawan saya juga yang sebilangannya jika hari Jumaat akan 'solat' di Pertama Kompleks, Bukit Bintang dan mana-mana tempat mereka lazim 'bersidai'.

"Apa?!! Tak payah sembahyang? Tak pa, sekarang juga saya berhenti!!!" kata saya melawan sambil meninggalkan pegawai itu terkebil-kebil sendiri. Kejadian itu disaksikan oleh ramai rakan-rakan saya, yang juga tidak sembahayang.

Pada saya, rezeki milik Allah, dan bekerja mestilah diredhai oleh-Nya. Alhamdullilah, saya menganggur hanya seminggu sahaja, apabila seorang "Remiser" mengambil saya berkerja sebagai "Asistant" di syarikat yang sama, dan saya berurusan dengan mamat pegawai ini dalam suasana yang berbeza - bukan di bawah telunjukknya lagi.

Kembali kepada kisah ajaib yang berlaku kepada saya. Tetapi, bagi Tuhan yang Maha Kuasa ianya, tidak mustahil boleh berlaku kepada sesiapa yang Dia mahu. Yang pasti, pintalah.

Suatu malam, saya sudah tenggelam punca. Maklumlah wang saya sudah habis. Bukan sebab berfoya-foya, membeli itu ini sesuka rasa tetapi gaji yang diterima cukup-cukup makan saja. Lebih parah, esok untuk ke tempat kerja, tambang bas pun tidak ada.

Untuk meminjam, saya sudah tidak sanggup menebalkan muka. Saya hamparkan sejadah, solat sunat dua rakaat. Inilah antara pesan yang ditinggalkan oleh ibu yang tercinta dan arwah guru saya. "Jika kau susah sangat, solatlah dua rakaat dan pintalah pada Allah apa yang dihajat," ingat mereka kepada saya.

Teresak-esak saya menangis. Tak tahu nak dikatakan apa lagi. Malu pada Tuhan yang amat. Ada kala saya tidak mensyukuri nikmat. Saya tidak tahu kemana lagi hendak dituju. Untuk bergantung kepada manusia, saya sudah tidak mampu. Aib dan cukup-cukup malu!

Bak kata seorang sahabat Nabi tentang kemiskinan yang dilaluinya... "Jikalau aku diam, aku akan lapar, jika aku bersuara untuk berhutang, aku menambahkan malu di muka." Ya, begitulah juga dengan saya.. hanya pada Allah saya berharap.

Seusai bermunajat, ambil sebuah Quran kecil milik saya untuk membasahkan lidah dengan surah-surah kalimah Allah buat menenang jiwa yang resah. Tatkala membuka helaian demi helaian Quran itu, tiba-tiba terselit sekeping wang RM50.00 di situ.

Berjurai air mata saya, lantaran kesyukuran kerana Allah membantu saya dengan cara yang tidak disangka-sangka...

Ini bukan kisah rekaan, malah saya percaya Allah juga pernah dan telah membantu manusia-manusia di luar sana hatta pembaca dengan jalan penyelesaian yang tidak diduga. Ada dengan cara fitrah manusia, ada dengan cara logik akal, ada yang lambat, ada yang cepat dan ada yang tidak dijangka-dijangka dan mustahil diterima waras manusia.. itulah Allah, yang amat menyayangi hamba-Nya.

Yakinilah bantuan Allah SWT, sangka baiklah dengan Allah SWT, nescaya Allah SWT bersama hamba-Nya yang bersangka baik dan taat pada-Nya.

Seperti sebuah hadis Qudsi ertinya: Allah menyebut: "Aku berada di atas sangkaan hamba-hambaKu."

Isteri menangis, anak tersenyum sehingga lena

Sekitar tahun 2002, Allah juga pernah 'menyelamatkan' saya pada suatu malam ketika benar-benar kesempitan wang. Malam itu, susu anak sulung saya habis. Berdebar jantung lantaran, hanya kepingan-kepingan syiling saja yang tinggal. Saya dan isteri juga, tidak menjamah walau secebis makanan.

Tiba saat yang cukup perit dan payah untuk dihadapi tatkala, si comel saya merapati ibunya, minta dibuatkan susu. Ketika itu isteri saya sudah tidak sanggup melihat keadaan itu. Saya dengan hati yang luluh, lantas mencapai botol susu lalu menuangkan air suam ke dalamnya.

Anak sulung saya, berkerut kehairanan kerana botol susu itu tidak berwarna, tetapi berkaca sama seperti air mata ayah dan ibunya. Namun tanpa banyak rengekkan, dia capai lalu menghisap botol tersebut.

Beberapa saat kemudian, dia berhenti lantas memandang saya... Bimbang benar jika dia menjerit dan menangis malam itu kerana tidak dapat meminum susu. Alangkah aibnya saya, jika jiran semua tahu letak duduknya keadaan saya, sehingga anak menjerit kelaparan.

Isteri saya juga panik, dan pucat kesi wajahnya menantikan reaksi si sulung seterusnya. Saya bersabar menunggu detik itu... Sambil memegang botol susu, anak sulung saya merenung wajah kami berdua seraya berkata : "Mmm...sedap.." Dan dia mengukirkan senyuman paling manis di wajahnya dan sudah cukup untuk 'mencarik-carikkan' nurani saya.

Aduhai, sebak terasa di dada. Isteri saya sudah tidak dapat menahan sedih, menangis semahu-mahunya. Si sulung kembali menyusu air suam sehinggalah terlena..

Sebenarnya, ujian-ujian yang Allah berikan ini sama ada kepada saya atau yang lain, adalah untuk menguatkan jiwa, iman dan keteguhan manusia menghadapi cabaran getir dan mengukuhkan lagi kebergantungan kepada-Nya.

Ketika menghadapinya terasa cukup sakit namun setelah berjaya melintasinya, ianya cukup nikmat. Pengalaman pahit umpama 'universiti terbaik' hidup kita selama ini. Dan setiap ujian yang diberikan, adalah sesuai dengan kemampuan seseorang.

Masalah-masalah saya, tidak diberikan dan berbeza kepada orang lain kerana khuatir mereka tidak dapat menanggungnya. Begitu juga masalah mereka, tidak diberikan kepada saya, khuatir saya hilang punca dan tidak upaya menahan bebannya.

Dan ujian Allah adalah berdasarkan kemampuan manusia seperti firmannya: "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannyaa33;" (Al-Baqarah: 286)

Begitulah Allah yang Maha Pemurah dan Maha Pengasihani. Adakala hidup ini dilalui dengan pelbagai himpitan, masalah, ujian namun kita tidak keseorangan dalam menghadapinya. Allah itu kan ada, mendengar rintihan kita.

Jika anda rasa, anda susah betapa ramai lagi yang tak pernah kenal erti apa itu lampu, pendingin hawa atau makanan enak menjilat rasa. Atau sekadar menjamah pucuk-pucuk paku di belakang rumah atau sayur ulaman di kaki longkang.

Baju lusuh bertukar warna, menjadi teman di Hari Raya. Mereka lebih derita dan lara.

Jikalau anda rasa hebat, sebenarnya ramailah lagi, jauh lebih hebat daripada anda. Esok anda hebat, lusa mungkin anda merempat. Belum tahu, justeru pintalah pada yang Esa agar perjalanan hidup anda sentiasa direstu dan dilindungi selalu.

Terus- terang saya katakan, di sebalik cabaran, dugaan dan asakan yang mendatang, adakalanya saya juga 'frust' dan tewas. Kecewa umpama 'mati' sebelum mati. Api juang adakala naik menjulang namun lazimnya padam dan kecundang.

Di sebalik tulis-tulisan saya dan rintangan yang dihadapi, mahu sahaja saya berhenti daripada mencebis kata-kata namun surat-surat pembaca dan puluhan email yang saya terima, 'menghidupkan' saya semula.

Semua ini dengan hidayah dan kekuatan yang tuhan berikan. Kata seorang tua kepada saya, sebanyak mana orang menyukai kita, mungkin sebanyak itulah orang membenci kita. Justeru janganlah kita mendabik dada, kerana dunia ini pinjaman semata-mata.


Ada pembaca yang menceriakan saya, ada yang lebih susah hidupnya dan lebih hebat pengorbanannya malah tidak kurang juga yang menegur dan mengkritik saya. Sesungguhnya, pandangan, dan teguran pembaca dan cerita-cerita mereka, menyuntik semangat di dada yang adakalanya kecundang secara tiba-tiba.

Syukur kepada Allah, memberi kekuatan kepada saya dan terima kasih kepada pembaca, peminat dan pengkritik yang telah menyedarkan lena dan duka saya yang panjang...
"Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan sampaikanlah khabar gembira kepada orang yang sabar. (iaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata "innalillahi wa inna ilaihi raji'un" (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali)." (Al-Baqarah: 155-156).

A Letter For Me and You

Assalamualaikum to my fellow sisters and brethrens, who will be one of the occupants in Jannah, insyaAllah. First of all, this is a letter that I composed to all viewers. A letter full of my real thoughts and dwellings, a letter of hope and pain, a letter of almost the truth. So here goes nothing.

Bismillahirrahmanirrahim,

Dear brothers and sisters,

The thing that triggered me to write such a letter is a post, that I read on someone’s blog. It reminded me, well, of about everything. Every single thing that I worked for, every single thing that I fought for. Yes, my story had started long enough, ever since I was back in high school.

2007....

My friend was fasting. I felt excited because I tried fasting too and it’s in the fasting month, yes, I remembered it well. I followed my Muslim friends where I woke up early for sahur and break my fast at Maghrib. I was doing it because I thought it would be fun and why not, since I was dead eager to know how it’s like.

Until one day, still in that month, my Muslim friend told me, though hesitant, something regarding the fact that I’m fasting. It broke my heart and it took me ages to recover and I nearly feel angered. Know what she told me?

“Ko tau tak yang ko puasa ni ko tak dapat pape? Macam kitorang, kitorang dapat pahala, tapi ko dapat lapar je.” To which I retort “Xpela, aku saje je, takkan x boleh?” Though the way she said it seems harsh, but it’s the truth.

And that got me thinking.


I thought about it every single night before I slept, to which I held up the palms of my hand facing my face and hoped silently that Allah hears my prayer, which is “Please Ya Allah, please grant only this, eventhough I’m still not a Muslim, please Ya Allah, please grant this prayer. I really want to be a Muslim. Ease my journey towards becoming a Muslim.”

And afterwards I would cry, because I was really hoping, that somehow, Allah let it easy for me, and grant that prayer.

And Alhamdulillah, now, I AM a Muslim.

Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah.. And I will never stop saying it, because I was really thankful.

The feeling was like, as if someone just saved you from a tragic death, or from drowning. Yes, I was drowning back then. I was flailing my arms desperately, for someone to save me, and Allah did. SubhanAllah...

I was saved, my brothers and sisters, I was saved.

Dear brothers and sisters,

Do you not know how much pain it caused me? How many tears are shed because of this journey I chose? Do you?

It was so difficult for me to trust the right person, because not everyone can understand. I was pained when you left me when I’m in need. I was stressed up when I couldn’t get my iqra’ right. You say, be patient, take it slowly. But if you are in my position, how can I take it slowly?

I need to know everything in a short period of time because once I’m back at home, it’s over. I have to go undercover even with my own family and I couldn’t learn anymore, not live like I do here.

Usrah? That is going to be impossible once I’m back to my family’s side. I felt oppressed enough when I couldn’t wear the hijab and how do you think I would feel when I can’t do the rest??

To this, I have something to say, appreciate your freedom of performing your prayers, cherish your jamaah prayers with your family, value the freedom of wearing the hijab because there are other people who has great difficulty even to say Bismillah in front of their own family.

I felt pity to those who had the knowledge but don’t apply them. I felt sick when I think of them who claimed to be free when they don’t want to abide. It might anger some people when I wrote this, but keep in mind, this is my blog, this is a piece of my mind, and I have been keeping this inside long enough.

I hope, this post might open your eyes on the revelation of the anxiety that feeds on me day by day. You say I’m cruel when I kept this a secret from my parents. Cruel? I’m not doing it to save myself, I just can’t bring myself to hurt them. Hurting them is the last thing that I want to do. Only Allah knows how tempted I am to tell them, each day, but the thing holding me back is the thought of my parents being hurt and sad because of me, their first child and only daughter.

Do you know how much I hate myself for keeping this a secret? And you tell me that I’m heartless and I was being selfish. To calm myself, I kept thinking, only Allah knows, only Allah knows, over and over again.

Offended? Think of how much I was offended first. For those, my true friends, who helped me a lot, who didn’t leave me when I’m in need, who stayed by my side when I’m in my most vulnerable state, thank you for not leaving me all alone.

Ever since I’ve embraced Islam, I never felt this way. This feeling is, how should I say it, is very genuine. It feels like pure love. What I meant is that, I never thought that I could love somebody this way.

Islam taught me that love isn’t only meant to be all that lovey-dovey stuff, but it taught me about ukhuwwah, it taught me about love amongst Muslims, and it helped me a lot.

Ever since I became a Muslim, my relationship with my friends became better, and I’ve opened my eyes to see that there are a lot of people who are willing to help me for the sake of the religion. I’ve never felt this way and plus, my relationship between my family members improved and I was so thankful for that.

I never thought that one day, I would be talking about mundane things with my mum, because before, if I were to call home, our conversation would normally revolve around my academic well-beings, my financial status and all that serious stuff. My family were never like real families. We’re academic-based and my parents were so strict about it.

But now, ever since I learnt that Islam taught us that we should obey our parents, never raise your voice when talking and etc., and I applied it whenever I’m having conversation with my mum and my mum kind of, soften up a little bit and started being buddies with her only daughter, that is me.

I felt so blessed with this gift, that is the journey of being a Muslim. I never met people that love each other, not because of money, not because they’re pretty and all that, but because of Allah, and that amazes me most. I was so overwhelmed with my founding that I felt calm and tranquil.

The thing that I enjoy most of being a Muslimah is that :
1) I get to go to usrah
2) I get to go to “tautan ukhuwwah” programmes
3) I get to wear the hijab and be protected from unauthorized eyes
4) I get to fast and experience the happy sensation of breaking fast afterwards
5) Etc. Etc. Etc.

I love my new life, I love the new me. Yet, somehow, certain people can’t resist of making my life miserable. Well, that’s life. But I have a new target in life now.

Last but never the least, Dear brothers and sisters, especially those who are also in the journey towards Jannah, To those who worked their bones just for Allah, keep it up. It is people like you that inspire the others to follow your lead, eventually.

I have high respect to those who can still take care of themselves, be it physically or mentally, but most importantly, spiritually. With that, let’s all become a professional Muslim and insyaAllah, one day, one of us or more might bring change to this world polluted with secularism, corruption and hedonism.

To end this post, this a special song that I dedicated to all of you... Kembali by Far East..


Ya Allah... Wahai Tuhan Yang Maha Pemurah,
Terangilah ku dengan nur iman-Mu,
Hanya Engkau tempat aku berserah,
Mohon maghfirah di dalam syahdu...

Wahai Tuhan Yang Maha Pengasih,
Ampunilah segala dosaku,
Laksana buih di laut memutih,
Hanyut ditelan gelombang nafsu...

Hari-hari yang telah aku lalui,
Inginku tinggalkan terus bersemadi,
Ingin aku, kembali kepada fitrah insani,
Tak sanggupku jelajahi rimba duniawi,
Bebaskanlah diriku dari dibelenggu,
Dosa noda nafsu durjana...

Terimalah taubatku Ya Allah,
Pimpinlah daku ke jalan redhaMu,
Moga sinarMu terangi hidupku,
Di dalam kegelapan...

Aku kan kembali padaMu rabbi,
MenghadapMu Ya Rabbul Izzati,
Segala ketentuanku pasrahkan,
Di hujung penghayatan...

Petua untuk Hati

Istimewa untuk hati yang sedang bersedih, jiwa yang sedang berduka, minda yang sedang berkecamuk, inilah petua terbaik buat mengubat resah dan gundah:


• Amalkan tasbih, tahmid dan takbir - Inilah petua yang diberikan oleh Rasulullah SAW kepada anaknya Siti Fatimah.
• Berdoa - Mohonlah kepadaNya. Ingatlah, doa itu senjata bagi orang mukmin.

• Sibukan diri dengan sesuatu - Lakukan aktiviti yang boleh melupakan segala kekusutan seperti perbanyakan membaca al-Quran & pelbagai bahan bacaan, terlibat dengan aktiviti usrah, kemasyarakatan dan sebagainya

• Luahkan perasaan anda - Bermacam cara boleh digunakan untuk meluahkan perasaan. Carilah seseorang yang paling anda percaya (sebaiknya yang ada pertalian darah atau orang yang arif dalam agama), menulis diari atau catatan harian, menulis blog dan sebagainya

• Senyum - Apabila berada dalam tekanan, cubalah untuk senyum. Senyumlah dihadapan cermin dan lihatlah diri anda yang sedang tersenyum. Ia mampu menenangkan fikiran dan hati

- wallahualam -

HAMBA-HAMBA ALLAH SEKALIAN,

Allah catitkan di dalam Al-Quran tentang manusia-
manusia yang berasal dari air mani dan kemudian
dibesarkan..akhirnya menjadi pengkhianat yang
nyata. manusia-manusia begini dimurkai oleh
Allah, tuhan orang muslim...oleh itu apakah kita
yang Muslim ini, jika telah mengkhianati Allah,
tidak terasa setinta takut kepadanya?

Allah ciptakan syurga, di dalamnya manusia
bersenang lenang dan ditemani pasangan cantik-
cantik, air sungai yang mengalir tenang, syurga
yang amat indah terlebih indah sehingga tidak
terfikirkan untuk orang-orang yang ikhlas
menyerahkan dirinya dan takwa kepada Allah.

Dunia ini kata Muhammad, umpama setitis air dari
selautan, dan selautan itu adalah
akhirat...bayangkanlah, jika yang setitis nih pon
kita telah tergoda oleh cantik dan
indahnya..bagaimana pula yang selautan itu?
dapatkah kita gambarkan?

Manusia-manusia yang menyerahkan diri pada
agama Allah tidak akan rugi, kemenangan
manusia di dunia ini adalah dalam
agamanya...jadilah manusia yang hebat di dunia
dan di akhirat!

Bacalah al-quran, dekatkan lah minda kepada
hadis...teguhkan ukhuwah sesama Muslim..kita
perlu kuat untuk menentang segala pengaruh yang
melemahkan kita. bersederhanalah dalam
berhibur...bersederhanalah memenuhkan jiwa
dengan keseronokan, kita kini dipermainkan
musuh-musuh Allah. mari kita kuatkan diri kita,
kuatkan masyarakat kita, kuatkan negara
kita..dalam memperjuangkan agama..takbir!!

..dengan mengingati Allah...hati akan menjadi tenang..

Yang Takkan Berlalu Pergi

Bismillah
Allah Yang Menguasai Perjalanan Langit Dan Bumi.

Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya
lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan,
maka dia akan berkata:
"Tuhanku telah memuliakanku"

Adapun bila Tuhannya mengujinya
lalu membatasi rezekinya maka dia berkata:
"Tuhanku menghinakanku"
[Al Fajr 89:15-16]

Jangan begitu sayang
Allah Tahu Apa Yang Terbaik Untukmu.

Diwajibkan atas kamu berperang,
padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci.

Boleh jadi kamu membenci sesuatu,
padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu,
padahal ia amat buruk bagimu;
Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui
[Al Baqarah 2:216]

...
Akan ada yang datang
Dan akan ada yang berlalu pergi
Manusia itu akan datang dan pergi
Harta benda itu akan datang dan pergi
Kesedihan itu akan datang dan pergi
Masalah itu akan datang dan pergi
...
...
...
Tapi ...

Ada juga yang datang
Dan takkan pernah sesekali berlalu pergi
Siapa?
...
...
...
Allah, sayang.
Allah.

Allah akan tetap di situ
Sekalipun kamu melupakannya.
Allah takkan pernah meninggalkanmu dan takkan pernah berpaling darimu
Allah akan terus memerhatikan.
Ya!
Allah akan terus memerhatikan.
Setiap gerak gerimu,
Setiap ucap kata dari bibirmu,
Pekerjaan yang kamu utamakan melebihi diriNya,
Dan bagaimana kau sandarkan cintamu pada manusia yang belum halal buatmu

Allah ada untuk setiap masa
Kapan sahaja yang kamu mahu
Kembali padaNya ya sayang
Allah sedang menantimu

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku,
maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat.
Aku mengabulkan permohonan
orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku,
maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku)
dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku,
agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
[Al Baqarah: 186]

jangan biar sampai Allah murka pada kita

Kerana engkau insan terpilih

Aduhai hati yang selalu gundah gulana.. Mengapa perlu difikirkan kehidupan duniawimu. Sedangkan dunia itu sering menipumu. Bukankah kehidupan ini penuh dengan majazi? Tipu daya di sana sini? Maka, hendaklah engkau susun langkahmu penuh hati-hati, Ingatlah, syaitan itu sentiasa tidak mahu mengaku kalah dan tidak pernah putus asa. Setiap saat masanya adalah berharga. Tidak dibiar kosong tanpa menyesatkan adam dan hawa. Lantas, bagaimana engkau masih lagi memikirkan hal duniamu?

Perbanyakkanlah berfikir, renung penuh bererti.. Bagaimana bakal kehidupanmu sewaktu mengadap Tuhan Rabbul ’Izzati..? Selamatkah dirimu di hari yang tiada pelindung melainkanNya? Akan beratkah amal yang akan engkau bawa?

Justeru, renungkanlah duhai diri yang lemah. Agar kehidupanmu di dunia sentiasa waspada..

Semoga, akan hadir dalam hatimu jiwa yang sensitif dengan dosa. Merasakan dosa itu besar sekalipun pada kesilapan sekecil zarah. Ketahuilah.. itulah antara ciri-ciri mereka yang aqrab dengan tuhanNya. Yang punya Ihsan dalam hatinya. Merasa kehadiran Allah dalam setiap sentuhan masa yang ada.. sekalipun mata tidak melihat, tetapi hati menyakini Allah Maha Mlihat.

Untuk apa perlu dirisaukan, aduhai hati yang rawan.. sebuah kehilangan itu hanya secebis dugaan.. dari Tuhan sekalian alam.. Hilang bukan bererti tamatnya sebuah kehidupan, tetapi dengan kehilangan itulah darjatmu ditinggikan. Hairan? Mengapa perlu dihairankan, Allah itu Maha berkuasa, zat yang sempurna penuh keagungan. Lupakah duhai hati, Allah telah berjanji dalam kalamNya Izzati..

”Adakah kamu mengaku beriman, sedangkan kamu belum diuji?”

Maka, hadapilah ujian dengan sejuta kesabaran. Percayalah, yakinlah sepenuh hatimu..


Hanyasanya Allah bersama-sama mereka yang sabar.

Aduhai hati yang penuh kesedihan.. Mengapa perlu ditangisi sebuah perpisahan? Bukankah semua kita akan pergi.. pulang kepangkuan Tuhan. Dialah yang menjadikan.. Dan padaNya jua segalanya akan dikembalikan. Lupakah engkau, hidup di dunia ini sekadar persinggahan. Yang kekal hanyalah amalan sebagai teman. Itulah teman dalam perjalanan menuju sebuah keabadian..

Maka, janganlah engkau lalaikan hatimu dengan kehidupan yang sementara ini. Janganlah engkau tangisi lagi sebuah perpisahan sementara.. akan tetapi, hadapkanlah wajahmu sentiasa kepada Allah.. Penuhkanlah jiwa dan hatimu dengan dzikrullah memuji kebesaranNya. Juga sibukkanlah hari-harimu dengan amalan makruf nahi mungkar, mengikut sunnah kekasihNya.

Yakinlah, barangsiapa yang dihatinya ada Allah, dan mengutamakan Allah atas segala apa yang dilakukannya, Allah akan seiringkan pekerjaannya dengan pertolonganNya. Bekerja keraslah engkau untuk hari esokmu yang abadi. Berbekallah dengan amalan yang menguntungkanmu di sana nanti. Ingatlah, sebaik-baik bekalan adalah taqwa.

Duhai diri yang lemah.. Kembalikanlah hatimu kepada Rab.. Kerana Dia lah pemilik segala yang engkau miliki.. Segalanya hanya pinjaman untuk menguji. Kentalkanlah semangat juangmu. Jadilah seperti syaidatina Aisyah, puterinya Syaidina Abu Bakar..

Walau fitnah mencalar maruah, Dia tetap Aisyah! Walau rumahtangganya di landa badai anggkara si munafiq durjana, tetap teguh pendiriannya, menggunung tawakalnya. Pada Allah dia berdoa, mengharap furqan agar tenggelam segala nista. Insafilah duhai diri yang lemah, Allah sengaja menguji sekeping hati yang kecil.. sebagai tukaran untuk mendapatkan habuan yang lebih besar kelak.

Maka bersyukurlah.. bersyukurlah.. bersyukurlah kerana engkau insan terpilih.

Pesan buat diriku dan saudari muslimah sekalian

Pesanan Buat Muslimah




Ratuku
Ingin kuluahkan
Apa yang sudah lama ingin kuluahkan
Tentang kebimbangan hati ku ini
Takkala melihat bunga-bunga berguguran
Dipetik tangan-tangan yang ganas
Lagi bernafsu serakah

Ratuku
Kebimbangan ku ini masih menebal
Apabila kudengar
Dengungan kumbang perosak
Yang cuba menyedut madumu
Walaupon tanpa relamu

Ratuku
Kebimbangan ku bertambah lagi
Bila ku melihat bunga
Yang tak segan silu
Melempiaskan kecantikannya
Ketika sedang mekar
Melupakan kuntuman yang sebelum ini melindunginya

Ratuku
Aku masih terpinga-pinga
Masih wujud lagikah ratu idaman hatiku??
Kerana apa yang aku lihat hari ini
Semakin banyak bunga-bunga gugur
Bagaikan tibanya musim luruh

Ratuku
Bukanlah ku harap kau segigih siti hawa
Yang berlari-lari antara safar dan marwa
Bukan juga sesetia ainul mardiyah
Menanti kekasih di pintu syurga

Ratuku
Akuilah hakikat yang tersurat
Engkaulah bukan Siti Khadijah
Mahupun Siti Fatimah
Engkau bukan A'ishah
Bukan juga Rabi'atul Adawiyah
Wanita suci terpuji
Kerana aku tidak layak berharap sedemikian rupa..
Cukuplah sekadar kau mencontohi
Bunga-bunga itu
Kembang mekar mewangi
Sehingga harumannya
Melewati pintu-pintu syurga
Jangan kau risau ratuku
Kadangkala musim berganti
Sehingga bunga tak dapat berkembang mekar
Tapi itu hanya ujian buatmu

Ratuku
Esok musim bunga
Pasti akan tiba
Dan kau akan mampu berkembang lagi
Cuma yang kuharapkan ketika itu
Kau jaga kelopakmu itu
Jangan sampai tangan-tangan kasar
Memetik mu lagi
Jangan ada kumbang-kumbang ganas
Menghisap madumu
Janngan biarkan gagak-gagak hitam itu
Merosakan serimu
Kerana kau ratu idaman kalbu

Ratuku
Aku bukanlah
Memandang kecantikanmu
Walaupon kadangkala
Aku tertarik memandangnya
Tapi bukan itu yang kuharapkan
Aku yakin ratuku
Masih ada sinar harapan
Yang mampu buat aku tersenyum lega
Kerana akan kutemuai
Ratu yang sebenar-benarnya ratu